Manusia Jadi Produk Industri KPop, heynoona.com — “WTS photocard Taehyung 650k” Pasti tidak asing lagi dengan WTS, WTB, atau WTT di dunia per pc-an KPop. Photocard dengan foto sang idol yang banyak diperjual belikan sebagai koleksi ini bisa mencapai harga yang mungkin tidak masuk akal buat orang di luar sana. Bukan kartunya, tapi orang di foto tersebut. Harga jual sebuah photocard yang mahal adalah karena harga idol itu yang mahal karena popularitas.
Sebelum “kejayaan” seperti ini terjadi, idol KPop melewati masa-masa pelatihan sebagai trainee. Kesannya memang latihan, namun tahukah kalian saat mereka resmi menjadi trainee, setiap individu akan terikat dengan kontrak. Istilahnya tahap ini berada pada proses produksi sebelum didistribusikan. Saat orang itu sudah siap, mulailah mereka debut. Idol sebagai produk, penggemar sebagai pasar. Semakin banyak idol Kpop milik agensi laku, maka uang yang dihasilkan agensi juga semakin banyak. Bukankah ini masuk akal? Lalu sebenarnya manusia atau lagu yang dijadikan produk sesungguhnya di industri KPop?
KPop lahir bermula dari kehadiran Seo Taiji and Boys pada generasi pertama. Pada tahun 1992, mereka debut dengan membawa warna baru yang belum pernah ada sebelumnya dalam musik Korea. Terbentuklah menjadi sebuah genre sendiri dengan lagu yang dihasilkan dari gabungan rock, rap, dan techno Amerika oleh Seo Taiji and Boys. Sampai pada puncak kejayaan, mereka memutuskan untuk bubar di tahun 1996.
Tidak berhenti sampai di situ, Lee Soo Man, seorang produser Korea memanfaatkan momen untuk membangun SM Entertainment setelah mendapat gelar S2 ilmu teknik komputer di California State University. Lee Soo Man juga menciptakan sebuah sistem pelatihan untuk calon artis alias idol. Wadah yang dia sediakan untuk bakat-bakat baru ini nyatanya menuai pujian dari orang-orang. Lee Soo Man dikenal jenius karena dapat melihat potensi seseorang hingga ranah global.
Tujuan Lee Soo Man bukan hanya melatih, tapi mencapai kesempurnaan untuk sang artis. Para trainee dilatih untuk nyanyi sambil nari, bahkan akting. Suatu gebrakan baru yang tak disangka-sangka berhasil sejak boy group pertama yang debut yaitu H.O.T. Kesuksesan ini membuat produser musik lain juga akhirnya ikut membangun agensi yang juga sekarang paling dikenal dengan ciri khas masing-masing yaitu big three.
Manusia Jadi Produk Industri KPop
Lanjut ke generasi kedua, semakin banyak penggemar yang mendukung industri KPop. Dengan beberapa idol group seperti SNSD, Wonder Girls, Super Junior, dll. Respon positif secara Internasional diterima khususnya Amerika dan Eropa. Hal ini membuat agensi semakin matang dalam mempersiapkan group selanjutnya di generasi ketiga. Banyak trainee yang melakukan masa pelatihannya bahkan sampai puluhan tahun. Agensi KPop sangat ketat dalam merilis artis baru.
Baca Juga:
[Spesial] Membedah Keindahan Lagu “Rose” Jae Day6, Membuka Perspektif Baru
Trainee yang Dikeluarkan Dari Survival Show Korea Akibat Skandal
Dengan perjanjian pada pihak agensi, diketahui bahwa beberapa agensi menjunjung tinggi konsep. Para idol harus menjadi orang yang diinginkan atau yang sudah diatur agensi. Prince Gabriel, seorang penyanyi Indonesia pernah cerita ditawari untuk masuk menjadi trainee SM. Saat itulah Prince mengungkapkan, “Aku dengar bahwa kalau aku masuk SM, semua bakal dikontrol.” Peraturan memang lebih ketat, dari perkataan ini bisa dilihat juga dari ucapan Haechan pada acara Turkids on the Block episode 41. “Kamu tidak apa-apa? Poni kamu menusuk matamu terus,” ujar pembawa acara, Lee Yong Jin. Para member dan staff tertawa sebagai respon. Haechan pun menjawab, “Ini konsep. Kita harus bertahan untuk itu.”
Motivasi awal agensi sendiri adalah mencari peluang dan keuntungan dalam situasi yang ada. Internet mudah diakses, maka tak lagi susah untuk dikenal. Begitupun netizen yang semakin banyak, terkadang perbedaan penggemar KPop juga terlihat jelas kesetiaannya dibanding penggemar artis biasa pada umumnya. Lagi-lagi agensi bisa memanfaatkan itu. Segala hal yang berkaitan dengan artis yang disukai oleh mayoritas akan terus mengeluarkan merchandise. Mulai dari baju, dompet, botol, tas, hingga air minum. Menarik kan?
Sebuah agensi entertainment bisa mengeluarkan merek produk air mineral karena pengaruh dari artis yang mereka punya. Contoh, BE Water yang merupakan air mineral BTS dari Big Hit Entertainment. Begitu juga dengan SM Mineral Water.
“Abis minum air SM jadi makin glowing dia,” tutur renbee323 di Twitter. Dari candaan ini pun dapat disimpulkan bahwa agensi wadah KPop tanpa disadari mementingkan visual yang akhirnya menjadi sebuah ikon dari industri. Idol KPop cantik dan ganteng semua? Pastinya karena ada manfaat yang bisa digunakan. Orang-orang akan suka pada manusia berparas “sempurna”, sesuatu yang agensi bisa gunakan sebagai sumber penghasilan.
Penggemar berbondong-bondong datang ke bandara, konser, hingga mencari keberadaan sang artis. Mereka mencari orangnya, bahkan rela menghabiskan jutaan uang untuk mendapatkannya. Jika dilihat mendapatkan idola tidak mungkin, penggemar akan mencari alternatif sebagai bahan dari haluan atau imajinasi mereka. Semua berpusat pada sang artis.
Lagu Menjadi Alat Kejayaan
Dasarnya idol KPop adalah penyanyi, penari, ataupun rapper, tergantung posisi yang mereka ungguli. Melihat bagaimana agensi butuh manusianya dibandingkan lagu, tentu branding seseorang akan lebih mahal. Tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari musik, idol KPop yang punya branding kuat bisa dibayar lebih mahal untuk menjadi ambassador.
Lagu hanya sebagai alat tanjak bagi mereka untuk bisa dikenal melalui suatu bidang, apalagi bisa memuncaki tangga lagu. Orang-orang akan mencari siapa group itu. Dari situlah terbuat image. Saat Lisa Blackpink disebut, maka pasti kamu akan langsung menyebutnya sebagai idol KPop atau member Blackpink bukan? Dunia KPop yang menghasilkan musik juga kenyataannya bisa jadi sarana.
Dilansir dari Seoul Economic Daily, efek terpilihnya Jisoo Blackpink sebagai ambassador global Dior menaikkan penjualan di tahun ini. Penjualan Dior tahun lalu sebesar 613,9 milliar won. Tahun ini Dior menerima peningkatan sebanyak 328,5 milliar won dari tahun lalu. Seperti itu besarnya impact dari branding diri. Fakta lain mengenai Blackpink sudah lama tidak comeback tapi hal ini tidak memberi pengaruh buruk pada agensi karena artisnya sudah berhasil di bidang lain yang dulunya mulai dari musik.
Manusia Jadi Produk Industri KPop
Diketahui dari Eunmi Kim, yang dikenal sebagai Grace seorang mantan trainee KPop, dia mengungkapkan bahwa penghasilannya dari musik $0 di banknya. Kecuali untuk penampilan di radio atau tempat lainnya, Grace mendapatkan penghasilan setidaknya mencapai $500 USD. Berbeda-beda syarat dan ketentuan untuk setiap agensi. YG dan JYP Entertainment membagi 50% dari penjualan album fisik, 50% dari promosi luar negeri, dan 30% dari penjualan album cetak ulang. Sedangkan Big Hit Entertainment membagi 50% untuk penjualan album fisik, 30% penjualan album cetak ulang, 30% untuk promosi luar negeri, dan 50% untuk acara manggung.
Bukan hal yang buruk untuk jadi idol KPop. Buktinya para idol yang kini sukses bisa memberi dampak yang baik dan membantu brand bisa dikenal. Secara marketing, peningkatan brand juga bisa meningkat berkat mereka. Idol KPop juga dicintai oleh orang-orang, ditambah dukungan yang setiap harinya mereka terima. Balik lagi ke pribadi masing-masing, setiap dari mereka memiliki kebutuhan yang berbeda.
Orang yang senang menjadi pusat perhatian atau penyanyi bisa memilih idol KPop sebagai pilihan yang tepat. Pekerjaan ini akan dilakukan tanpa beban karena yang penting adalah apa yang mereka lakukan. Tujuan yang tepat akan membawa mereka pada jalan yang tepat terlepas dari tujuan orang lain pada mereka. Namun seharusnya setiap agensi bisa memperlakukan artis mereka dengan adil juga selayaknya manusia biasa dengan kekurangan dan kelebihan, tidak hanya serba bisnis.